Minggu, 19 Desember 2010

YaelllaaaaH...!!! (Serang, Bogor,cibodas)

Aku alias ipeh, Mery dan Kiky. Kita sahabatan dari semenjak sama-sama masuk organisasi mapala di kampusnya. Kami sangat dekat bahkan kedekatan kami sudah seperti saudara, ga jarang kami juga sering bertengkar dan selisih paham. Tapi itu semua kami sebut sebagai  ilmu diklat (terasa pahit tapi cepat berlalu). Suatu hari kami merencanakan perjalanan ala Backpacker, tapi sangat di sayangkan karena kiky ga bisa ikut perjalanan kami yang sampai saat ini kami sebut sebagai perjalanan GILA.
            Pagi-pagi sekali aku sudah rapi mempersiapkan bekal untuk perjalanan kami, dan siap-siap untuk pergi ke stasiun serang. tepat pukul 06.00 aku telepon mery “mer lu dimana? Gw dah mu berangkat nih”.”gw juga dah mu berangkat, kita ketemu di stasiun ya?” jawab mery .
Akhirnya sampai juga Aku di stasiun, Aku bertemu mery  dan day, oiya lupa ku kasih tw, day juga teman kami dia dan temanya satu lagi yang bernama doyok tertarik untuk ikut perjalanan kami, dan kami bertiga akan bertemu doyok d stasiun Bogor. “Hei mer..hei day”teriakku sambil melambaikan tangan. Kami pun bergegas ke loket dan membeli tiket jurusan stasiun kota dengan harga tiket Empat ribu lima ratus per tiket, harga yang pas buat orang-orang nekat seperti kami. “toooot..toooott...”kami mendengar bunyi kereta datang,  yaa walaupun kereta salalu datang terlambat tapi kami bertiga sangat gembira menyambutnya, karena dari sinilah perjalanan kami dimulai.



NAIK KERETA MENUJU STASIUN KOTA
Aku duduk berhadapan bangku dengan mery, sedangkan day duduk di bangku belakang kami, yaah..mau giman lagi kereta yang kami tumpangi sudah sesak oleh penumpang dari stasiun sebelumnya. Sampai stasiun berikutnya pun muncul penumpang- penumpang baru, dan di stasiun berikutnya lagi tetap seperti itu dan seperti itu, padahal untuk sampai stasiun kota kami melewati lebih dari 10 stasiun. HaaaaRrrrgghhh.....sulit di bayangkan, mungkin karena kereta merupakan alat transportasi yang sangat murah, dan tidak jarang dari mereka yang tidak memiliki tiket. Perjalanan yang begitu lama membuat kami merasa jenuh, beruntung penumpang yang sebangku dengan kami bisa diajak ngobrol, dan perjalanan kami pun tak terasa sudah hampir sampai stasiun kota, sedikit demi sedikit penumapang mulai berkurang, dan penumpang yang di sampingku pun sudah pada turun.”day..!!pindah sini aja..!!” seru kami. Day pun pindah duduk bersama kami, baru saja duduk tiba-tiba mata day melotot kaya kambing keselek paku “waaah..dompet siapa nih..?”kata day, “ga tw, dari tadi kita disini ga liat dompet itu” jawab kami berdua. Dengan rasa penasaran kami membuka dompet itu, dan ternyata isinya uang, “Duit siapa ya kira-kira” bisik mery, “Yang pasti bukan duit gw”kataku, “Yee..lagian mana mungkin lu buang duit, doMpet lu aja kosong, hahahaa..”ujar mery sambil tertawa lepas.”Sial lu..” balasku.”duit lu kali day” ujar mery sambil meringis lihat muka day.”wah parah lu, gw kan cowo tulen bukan lekong bo..”jawab day sambil meragakan gaya bencong pengkolan deket rumahnya yang lemah gemulai. Sebab doMpet yang kami temukan sepertinya dompet wanita karena melihat bahan dompet itu yang berbulu dan berwarna cerah yang biasanya digunakan oleh wanita. 

Tiba-tiba kepala day tengok kanan-kiri berkali-kali, “knapa pala lu day, geleng-geleng kaya ayam baru bangun tidur terus kejepit pintu kandang”seruku, “ha ha ha haaaa”mery tertawa puas sambil memegang perutnya karena menahan pipis dengar ucapan ku, “Rese lu peh, gw kan lagi liat orang, siapa tau ada yang lagi pusing nyari uangnya yang hilang, sedangkan uangnya ada di kita dan uang ini harus di kasih ke yang punya” kata day sambil mengangkat tanganya layaknya ustad berpidato di depan ibu-ibu majelis ta’lim di kampungnya, entah bagaimana reaksi orang-orang di kereta yang lihat tingkah kami bertiga, yang jelas urat malu kami sudah putus dari waktu mau berangkat ke stasiun. Kami bertiga bingung harus diapakan uang temuan ini, setelah kami berfikir satu menit, dua menit, tiga menit, empat menit, lima menit akhirnya kami punya keputusan bahwa kami menganggap temuan ini sebagai rizki yang di berikan oleh Tuhan, karena Tuhan tau kalau kami bertiga sedang melawan penjajah yang ada di dalam perut, yang menyebabkan perut kami kelaparan. “Ya tuhan semoga uang lima belas ribu ini bisa bermanfaat untuk kami” ucap day dan lagi-lagi sambil mengangkat tanganya.”Amiiiin..”jawab ku bersamaan dengan mery. 

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara “onde-onde..onde-onde..onde-ondenya neng..?”pria bertopi setengah tua dengan kumis tebal mirip pak raden menawarkan daganganya kepada kami, dan kami pun saling menatap sambil melirik uang temuan itu, tanpa berfikir panjang layaknya menggunakan bahasa isyarat walaupun kami bukan dukun kami pun langsung membeli onde-onde dengan uang temuan itu. “terima kasih neng”ujar pria bertopi itu,”sama-sama pak” jawabku bersama mery, dan dengan cepat seperti kilat menyambar pohon jengkol pedagang tersebut sudah menghilang dari pandangan kami. Seketika day menyeletuk “perasaan disini juga ada gw, masa orang jualan tadi Cuma bilang makasih sama lu berdua” gerutu day dengan tampang muka anehnya sambil sibuk mengunyah onde-onde.”mungkin dia pikir lu cewe kali day, hihihihii...”sahut mery .”atau jangan-jangan lu ga nampak kali day, jadi dia ga liat lu, Cuma kita aja yang liat”ujar ku,”puas ya kalian berdua bikin gw mati kutu” jawab day dengan geram kepada kami berdua, “itu belum seberapa, nti lu mw kita buat mati kuda”balas ku, “heheheheeeeeee” akhirnya kami bertiga tertawa sambil sibuk mengunyah onde-onde yang baru saja kami beli dan seakan mengikuti laju kereta. 

Tidak lama kemudian sampailah kami di stasiun kota, ini kali pertama kami menginjakan kaki di stasiun ini. Kami berjalan sambil tengok kanan kiri depan belakang entah apa yang ada di pikiran kami tapi yang pasti kami sedang kebingungan Mencari toilet untuk buang air kecil. “itu toileeeet..lariiiiiiii” dengan gaya macan menangkap mangsanya mery lari menuju toilet, karena dari waktu berada di kereta mery memang sudah kebelet gara-gara tertawa terus. ”meeeerrrr tunggu....!!!” seru ku, “huuuuuffff....dasar cewe..beser banget siiihh..”gerutu day sambil duduk dilantai menunggu kami berdua di toilet. “huaaaaahhh....akhirnya lega juga”kata mery sambil menunjukkan ekspresi kepuasan. “,”hahahahahaaa.... ”lagi-lagi kami bertiga pun menertawakan tingkah kami sendiri.

NAIK KERETA MENUJU STASIUN BOGOR
Kali ini aku yang antri di loket, “bogor tiga tiket” kata ku, “tujuh ribu lima ratus”jawab petugas tiket, kemudian aku deberi tiga tiket KRL alias kereta listrik ekonomi dengan harga dua ribu lima ratus rupiah per tiket, lagi-lagi harga yang pas untuk kami. Tooootttttt...tooooooootttttt....terdengar suara kereta datang,”pak mau tanya, apa benar itu kereta jurusan bogor?”tanya ku kepada petugas kereta api, “benar silahkan naik”jawab petugas kereta “terimakasih”balas ku. Kami pun bergegas masuk kereta dan berharap dapat tempat duduk, ternyata kereta kali ini berbeda dengan kereta yang kami tumpangi dari stasiun serang, tempat duduknya berada di samping dan berhadapan seperti angkot, penumpangnya pun lebih beragam, ada anak sekolah, karyawan kantor, mahasiswa, dan lain-lain, dan perbedaan yang sangat terlihat adalah petugas tiketnya, karena tidak ada satupun penumpang yang lepas dari pemeriksaan tiket dan mungkin ini bisa jadi contoh yang baik bagi semuanya. 

“Tiketnya mba?”tanya petugas tiket kepadaku, dan kebetulan aku yang pegang tiket untuk bertiga, “ini pak, tiga orang”jawabku. Kemudian petugas itu merobek tiketku sedikit sebagai tanda bahwa tiket kami sudah diperiksa. Kereta pun terus melaju seakan mengikuti irama musik pengamen yang sedang asik memainkan gitarnya serta berharap bisa menghibur penumpang kereta, dan sebagai imbalanya pengamen itu meminta sedikit uang receh kepada penumpang, yaah..imbalan yang pas menurutku. Rasanya kami bertiga kelelahan, sampai-sampai tak ada obrolan dalam perjalanan ini, day sibuk dengan Hape bututnya, mery duduk manis sambil bermain-main dengan matanya entah apa yang dilihatnya, dan aku sendiri hanya duduk melihat  orang dengan kaki lumpuh mengumpulkan sampah dari gerbong ke gerbong, berharap ada yang iba dan mau memberikan sedikit uang recehnya. 

Tiba-tiba kereta kami berhenti, “kita sudah sampai?”kata mery “ga tau mer, kayanya belum”jawabku. Kami bingung kenapa kereta tiba-tiba berhenti bukan di stasiun, tanpa pasang muka bingung day tetap asik bermain-main dengan Hapenya, “daaaaaaaaayyy” teriak kami berdua, “..ii.ii.yaaaa apaaa?” jawab day dengan ekspresi kaget tapi tetap memegang Hape bututnya itu. “lu berdua ngagetin aja, tanggung neh lagi OL”seru day kepada kami. “hmmm...dasar Mr.ring ring”celetuk mery, “ko keretanya berhenti..?” tanya day kepada kami dengan tampang anehnya. Gubraaaaakkkk..... 
aku dan mery tersentak sambil ketawa “hahaaaaaa....”,”dasar day, dari tadi kan kita udah bilang eh..malah baru sadar” kataku. Rasanya aku ingin sekali melempar Hape bututnya itu ke sumur deket rumah pak Narto ketua RT 09 di kampungku, biar kami ga terganggu oleh tingkah day yang selalu Online dimanapun dan kapan pun.  Dari pada kami bingung akhirnya kami bertanya kepada salah satu penumpang kereta, dan menurut mereka kereta yang kami tumpangi mengalami masalah, kami sendiri tidak tau persis apa masalahnya tapi yang pasti para penumpang kereta di pindah ke kereta lain, ini baru pertama kalinya kami naik kereta mogok dan penumpangnya di pindah, benar-benar aneh menurutku.  Kreeekkk.kreekk..kereeekkk ada salah satu pedagang sedang memainkan senter kocok  , ternyata dia memang pedagang senter kocok. “beli yuk” ujarku kepada mery, “ ayuk..gw juga pengen”jawab mery, sedangkan day hanya ikut saja apa kata kami. “berapa pak hargaya”kataku kepada si penjual, tiba-tiba mery membisikkan sesuatu kepada kami berdua, “mirip bokap lu day”bisik mery, ”huusstt.....tt hihihiiiii”aku tertawa lirih sambil memalingkan muka ke badan mery agar tak terlihat oleh pedagang itu, “masa sih..tapi ko bokap gw ada tai lalatnya segede bedug...hiiihih” jawab day lirih sambil tersenyum. “mau beli berapa biji”tanya si pedagang, pedagang itu mengagetkan kami yang diam-diam sedang asik membicarakan dirinya. “be be beli 3 pak”jawab kami bersamaan, “ semuanya lima belas ribu”kata si pedagang, “nih pak uangnya, trimakasih” ujar kami kepada pedagang itu, “sama-sam”jawab si pedagang. Tidak lama kemudian terdengar bunyi kereta toooottt...tttoooott..tttoooootttt...dan kami para penumpang disuruh naik kereta tersebut. Sayang sekali keretanya sangat penuh dan terpaksa kami berdiri, huuuhh...!! 

benar-benar hari yang sangat melelahkan bagi kami bertiga tapi juga sangat indah. Perjalanan dari stasiun kota menuju stasiun bogor memang tidak lama, kira-kira membutuhkan waktu dua jam menggunakan KRL ekonomi, tibalah kami di stasiun Bogor, dan kami bergegas turun dari kereta kemudian menuju pintu keluar. “tiketnya mba”petugas pintu keluar meminta tiket kereta, “duuh tiketnya dimana ya”aku sibuk mencari potongan tiket kereta yang aku simpan di tas, tapi hanya dua tiket yang ku temukan, “maaf pak, yang satu hilang”tegas ku, aku sempat panik takut petugas tiket itu menahanku “ya sudah tidak apa-apa”kata petugas tiket, huuuufff...syukurlah aku tidak di tahan bisikku dalam hati. Kami pun bergegas keluar stasiun, ini juga pertama kalinya kami menginjakkan kaki di stasiun Bogor. “Kita kemana nih”kata mery,”ga tau gw juga bingung”jawab ku, “telephon doyok aja dulu..”ujar day. Akhirnya aku menelpon doyok, dia bilang sedang dalam perjalanan menggunakan kereta menuju stasiun Bogor. “kita keliling-keliling dulu yuk sambil nunggu doyok”kata ku, “yuuk..setuju banget, penasaran gw ma daerah sini, sayang kan dah sampe sini ga kliling-kliling” tegas mery, lagi-lagi day hanya mengikuti apa kata kami karena dia selalu bercengkrama dengan hape bututnya itu.

 “neeeng bawa tasnya hati-hati...!” mendengar suara yang lumayan keras kami menoleh dan ternyata itu suara bapak-bapak yang sepertinya berusaha memperingatkan kami karena dia tau kami warga pendatang, dengan tampang penuh tanda tanya aku dan mery serentak memindahkan tas gendong yang kami pakai ke depan badan kami, tiba-tiba muncul sedikit rasa takut tapi itu semua cepat berlalu karena ternyata kami di suguhi oleh pemandangan gunung salak yang menjulang tinggi meskipun dilihat dari kejauhan. Kami keliling-keliling sambil memainkan mata dengan penuh hawa nafsu untuk berbelanja, meskipun hasrat tersebut tidak tercapai karena uangnya tidak mencukupi. Tepat pukul satu siang, dan doyok pun belum terlihat batang hidungnya meskipun aku tau kalau hidung ga punya batang seperti pohon, akhirnya day menelphone doyok “yok lu dimana?” kata day, “gw dah sampai stasiun bogor neh, lu bertiga dimana?”jawab doyok, “kami di depan toko sepatu sebelah mie ayam pak Udin” jawab day sambil membaca tulisan yang ada di grobak mie ayam samping toko sepatu, “huuh..mana gw tau yang mana mie ayam pak Udin, kalau mie ayam pak Tono sih gw hafal, kan gw sering ngutang disono” gerutu doyok dalam hati sambil tengok kanan-kiri mencari grobak mie ayam pak Udin. Dari kejauhan kami melihat Doyok sedang tengak-tengok mencari kami, “yooook...!!!”teriak Day memanggil doyok, kemudian doyok menghampiri kami.

PERJALANAN KE TEMPAT TUJUAN I
Kami berempat naik angkot dan turun di ciawi kemudian naik bus jurusan bandung yang melewati pertigaan cibodas, karena cibodas tujuan pertama kami. “cibodas..cibodas..”seru kernek bus kepada penumpang, dan kami pun turun dari bus. Malam pertama kami menginap di camp Green ranger , suatu komunitas yang bergerak di lingkungan pecinta alam. Benar-benar malam yang sangat dingin, sampai-sampai jempol kami kesulitan untuk memencet tombol Handphone. “laper nih, cari makan yuk...”ajak mery kapada kami, dan kami pun setuju dengan ide mery, akhirnya kami berempat pergi melawan rasa dingin untuk mencari makanan. 

Beeeeerrrrrrr......benar-benar ga bisa di tawar dinginya, itu yang kami rasakan. Kami berjalan terus mengikuti langkah kaki dan berharap bisa bertemu warung dengan menu gorengan, pasti sangat nikmat. “peh lo dingin ga sih..?”tanya mery kepada ku “beeerrr...
bukan Cuma dingin mer, tapi dah beku “jawab ku sambil mengepal kedua tangan yang di dekatkan ke mulut. Mery memang terlihat sangat kedinginan, “peh gigi gw gerak sendiri “ujar mery sambil gemeteran menahan giginya yang dari tadi bergerak sendiri seperti mesin jahit, sedangkan day dan doyok sibuk bermain-main dengan Handphone nya meskipun mereka berdua kesuliatan untuk memencet tombol-tombol yang ada di Handphone. Akhirnya kami ketemu warung juga,  sebagai program pengiritan uang, kami hanya memesan 2 piring nasi goreng dan 2 gelas teh manis, “sruuuuut..mantaaaabbb” tegas mery sambil menikmati teh hangat. Kami benar-benar menikmati hidangan ala kadarnya di warung tersebut, malam semakin larut dan kami pun memutuskan untuk kembali ke camp. Kami berjalan menikmati dinginya malam, melihat bintang yang entah berapa banyak jumlahnya, ada pula orang-orang yang sedang duduk-duduk sambil bercengkrama dengan teman-temnaya seakan lupa dengan rasa dingin yang mereka rasakan. Berjalan ke kanan ke kiri loncat sana loncat sini sambil bercanda, tertawa, tanpa berfikir ada yang terganggu.


 “dayyyy...!!!,doyooooookkk...” aku dan mery berteriak berusaha mengagetkan mereka berdua, “apaaa..”sahut mereka berdua dengan nada pelan dan tenang. Haduuuh...itu memang kebiasaan mereka berdua, kalau sudah pegang Handphone selalu saja lupa dengan yang lain. Sampai juga kami di camp dan langsung memposisikan diri untuk tidur berharap bisa tidur nyenyak, tapi ternyata dugaan ku salah. “peeeh dingin banget” keluh mery kepada ku sambil menekuk badanya di tiker , “iya mer, gw juga kedinginan” jawab ku. Aku dan mery benar-benar tidak bisa tidur, mungkin karena kami terlalu kedingian, dan tidak Cuma itu, kami tidur hanya beralas tikar dan ada jendela yang tidak bisa tertutup rapat sehingga angin dengan mudah masuk menyelimuti kami. Waktu menunjukkan pukul  tiga pagi, dan kami berdua baru bisa memejamkan mata. “huaaaaahhh....dah pagi peh”seru mery kapada ku sambil meregangkan badanya. Aku pun terbangun dan ternyata sudah jam enam pagi, pagi yang sangat indah menurutku karena disambut dengan keindahan gunung Gede-pangrango yang terlihat kokoh meskipun di lihat dari balik jendela, serta udara yang segar dan sejuk yang mungkin sulit ditemukan di tempat tinggal kami. huuuh..benar-benar tidur yang sangat singkat, enak sekali melihat day dan doyok selain mereka bisa tidur nyenyak tadi malam, mereka juga belum bangun. “peh cari sarapan yuk”ajak mery. “ayuk mer, gw juga laper “balas ku. Kami pun keluar cari makanan buat sarapan, sudah berjalan cukup jauh tapi kami belum juga menemukan penjual nasi. “kira-kira disini ada yang jual nasi uduk nggak ya..?” ujar mery “kayanya sih ga ada mer” jawabku “haduuuh..mana laper banget” kataku lagi, “sama peh cacing di perut gw udah pada demo nih, udah kaya mahasiswa aja” sahut mery, “waah..bahaya tuh mer, bisa-bisa cacingnya makan hati atau jantung lu, gara-gara ga di kasih makan” ujar ku. “hahahahaaaaaa” akhirnya kami berdua tertawa, sambil memainkan mata siapa tau ada ibu-ibu penjual nasi uduk yang tiba-tiba turun dari langit, yah walaupun biasanya yang turun dari langit itu seorang putri.

PERJALANAN KE TEMPAT TUJUAN II
Tiba-tiba Hp ku berbunyi, ternyata sms dari doyok, dia ngajak kami ke air terjun cibeureum yang terletak di kawasan konsevasi kira-kira 2,8 km dari cibodas dan berada di 3000 mdpl, lintang 106°51’-107°02’ BT dan 64°1’LS, suhu rata-rata 18°C sedangkan kalau malam hari suhu mencapai 5°C. Untuk sampai kesana kami harus memulai dengan berjalan kaki, pertama yang harus dilakukan adalah membeli tiket masuk di pos PHPA wisata gunung Gede-Pangrango dengan harga dua ribu rupiah, harga yang sangat murah untuk dapat menikmati keindahan alam yang tak ternilai harganya, kemudian kami melanjutkan perjalanan kira-kira 1,5 jam untuk memcapai air terjun cibeureum, yah meskipun kami sendiri menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam karena di tengah perjalanan mery terserang penyakit lapar. dan tidak perlu kuatir dengan treknya karena sangat mudah dilalui bahkan kami melewati rawa yang bernama rawa gayonggong sebelum pos payangcangan dibuat jembatan kayu yang lebih Horizontal sehingga mempermudah perjalanan dan terlihat lebih nyaman serta indah.

 “aduh peeh...gw ga kuat, kepala gw pusing”keluh mery, “jangan-jangan lu terserang montain sicknes mer” jawab ku, “tapi kan ini baru ketinggian 1500 mdpl masa gw kna montain sicknes” sahut mery, “iya juga sih, ooo...gw tw mer, lu pasti terserang penyakit lapar, kan kita belum sarapan” balas ku. Dari waktu berangkat tadi kita memang belum sarapan, karena memang kita ga menemukan orang jualan nasi. Di ketinggian 1.575 mdpl kami melihat telaga yang katanya bernama telaga biru ternyata memang tampak berwarna biru ketika di terpa sinar matahari karena ditutupi oleh ganggang biru, dan ini hadiah yang indah buat perjalanan kami. Tak lama kemudian aku melihat plang yang bertuliskan air terjun cibeureum berarti perjalanan kami hampir sampai, dan suara gemuruh air terjun pun sudah terdengar jelas di telinga. 

Tidak lama kemudian sampailah kami di air terjun cibeureum, waaauuuww...benar-benar indah, disini terdapat tiga air terjun yang tingginya kira-kira 30 meter, konon katanya diantara tiga air terjun itu, air terjun yang paling kecil dan sunyi itu yang disebut air terjun cibeureum. Hmmm...ko bisa ya..? Ternyata rasa lelah kami benar-benar terbayarkan oleh pemandangan yang sangat indah, tanpa permisi dan basa-basi karena takut basi beneran kami pun langsung berpose bak artis terkenal, yaah walaupun hanya menggunakan kamera Handphone karena kami benar-benar tidak mau melewatkan momen yang sangat indah ini. Disini juga terdapat saung atau gazebo untuk duduk-duduk para pengunjung, dan fasilitas Toilet pun tersedia disini. Melihat orang-orang bermain air di bawah air terjun rasanya pengen banget, tapi beeeeeerrrrrr.....baru kena percikanya saja aku sudah menggigil gimana kalau aku langsung bercengkrama dengan airnya, haduuuh pasti aku langsung beku kaya es nong nong pak dulah yang biasa lewat depan rumah ku. Sambil menikmati indanya alam ciptaan Tuhan, kami ber empat pun menikmati makanan bawaan kami yaitu gorengan dan biskuit, lumayan bisa untuk mengganjal perut yang lapar karena belum sarapan, dan mery juga tidak takut terserang montain sicknes lagi. “hmmm..nikmat” kata mery sambil mengunyah gorengan, hehehehe...... kami pun tertawa karena kami tau kalau dari tadi meri menahan lapar. Tak terasa hari sudah sore dan kami memutuskan untuk turun kembali ke camp, perjalanan turun ke camp lebih cepat mungkin karena jalanya menurun.

Sepanjang perjalanan kami tertawa, bercanda, seakan tumbuhan di sekeliling kami pun ikut merasakan bahwa kami sangat bahagia. Tiba-tiba mery menyeletuk “peh suara pa tuh, ko kya suara macan “kata mery sambil berpegangan tangan ku, “mana mer, gw ga dengaer tuh “ jawab ku sambil berusaha mencari suara tersebut, walaupun sebenarnya aku juga sedikit takut mendengar perkataan mery. Tapi semuanya berlalu dan sampailah kami di pintu taman cibodas, sambil melepas lelah kami duduk-duduk dan  keliling dari satu warung ke warung, karena di depan pintu taman cibodas terdapat banyak warung atau toko yang menjual beraneka macam jajanan dan souvenir, bahkan binatang seperti hamster , kelinci, dan tanaman hias seperti lidah buaya dan anggrek banyak di jual disini. Benar-benar bisa membuat mataku sakit, karena hasrat untuk berbelanja memuncak tapi sayanganya tidak punya dana. Aku hanya membeli manisan mangga dan mery membeli sale pisang untuk oleh-oleh.

PERJALANAN PULANG I
Setelah melepas lelah kami kembali ke camp, tepat jam lima sore kami memutuskan untuk pulang ke serang, kami berpamitan dengan penghuni green ranger karena mereka sudah sangat baik membolekan kami untuk camp di tempatnya dan gratis pula, setelah itu kemudian kami melanjutkan perjalanan. Kami berjalan dan terus berjalan entah mau sampai mana, hari sudah gelap tapi kami tetap berjalan mengikuti arah kaki. “duuh..cape istirahat dulu yuk” keluh ku, akhirnya kami istirahat sejenak di pinggir jalan sambil menikmati suasana malam di daerah orang. Tidak lama kemudian kami berjalan lagi dan terus berjalan, waktu menunjukan pukul sepuluh  malam, kami bingung mau camp dimana malam ini dan setelah berunding kami memutuskan mencari masjid untuk menginap, seengganya masjid lebih aman dari pada harus tidur di pinggir jalan. Kami naik angkot jurusan puncak dan punya rencana untuk turun di depan masjid atta’awun, masjid yang sangat terkenal di daerah puncak Bogor. 

Tepat di puncak tiba-tiba angkot yang kami tumpangi mogok, aku dan mery saling memandang ada sedikit rasa takut yang tiba-tiba nongol tanpa permisi di otak kami, karena di dalam angkot itu yang wanita hanya aku dan mery dan kondisinya juga sudah tengah malam, di tambah lagi ini adalah daerah orang, tapi semuanya cepat berlalu dan angkotnya juga sudah dapat berjalan lagi, sepanjang perjalanan kami disuguhi indahnya kerlap-kerlip lampu-lampu kota bogor yang terlihat dari puncak serta hamparan kebun teh meskipu tidak begitu terlihat karena gelap, lumayan bisa menghilangakan sedikit rasa kantuk dan lelahku setelah berjalan begitu jauh. Ternyata rencana kami gagal, pada saat di depan masjid atta’awun kami tidak turun, entah kenapa ada rasa malas untuk turun dari angkot atau mungkin karena kami terlalu lelah dan ngantuk. “Sampai sini aja ya “ suara sopir itu mengagetkan kami yang sedang asik bermain-main dengan hayalan kami masing-masing. Dan mau tidak mau kami tetap harus turun, benar-benar suatu kebetulan kalau ternyata kami turun tepat di depan gang masjid. “itu ada masjid”kata ku, dan semua menoleh ke arah yang aku tunjuk “waah..bener ada masjid, kebetulan amat ya” ujar day.

Kami bergegas menuju ke masjid tersebut dan berharap di perbolehkan untuk menginap, ternyata masjidnya menyatu dengan rumah yang lebih mirip pesantren tapi tidak terlalu luas. “permisi” aku berusaha memanggil penguni yang ada di dalam rumah tersebut, dan keluarlah seorang ibu-ibu separuh baya “ada apa ya” kata ibu tersebut kepada kami. “apa kami boleh menumpang nginap malam ini di masjid bu”ujar doyok, “kami mau pulang ke serang tapi kemaleman bu, dan uang kami tidak cukup untuk menginap di penginapan” jelas day kepada ibu tersebut. Akhirnya ibu tersebut membolehkan kami untuk menginap, benar-benar orang yang sangatt baik, padahal dia belum tau siapa kami tapi dengan ramahnya dia mau menolong kami. “tapi jangan tidur di masjid ya, soalnya lagi musim hujan dan dingin kalau tidur di masjid, kasihan yang perempuan” kata ibu separuh baya tersebut, “kalian tidur di kamar atas saja, disana ada dua kamar kosong dan kebetulan yang punya kamar lagi ga ada” ujar ibu itu lagi.

 Kami benar-benar heran melihatnya, ternyata di era seperti ini masih ada orang yang sangat baik seperti ibu tersebut, kami pun di antar oleh ibu yang lainya lagi, badanya gemuk tapi juga sangat baik dan kami di suguhi teh hangat dengan teko kecil berwarna emas, “silahkan diminum tehnya neng” kata ibu gemuk kepada kami “iya terima kasih banyak bu” jawab kami. Setelah meminum teh aku dan mery langsung merebahkan badan dan tertidur lelap mungkin kami terlalu lelah, sedangkan day dan doyok tidur d kamar sebelah. Tiba-tiba terdengar suara orang membaca al qur’an, aku membuka mata melihat ke arah jam, ternyata sudah jam setengah enam pagi benar-benar tidur yang sangat nyenyak. Damai rasanya hati ini kalau setiap pagi mendengar lantunan ayat-ayat suci al qur’an, aku membangunkan mery “mer-mer..bangun, anter ke toilet yuk”seru ku sambil menggoncang-goncangkan badan mery agar terbangun, mery pun terbangun dan mengantarku ke toilet. Tepat pukul delapan pagi, kami ber empat memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, “bu..pak..kami permisi pulang” kata kami kepada mereka, “ko buru-buru ayo sarapan dulu” ujar salah satu dari mereka. Kami tidak enak hati untuk menolaknya, lagian tidak bisa di bohongi kalau dari tadi cacing di perut kami sudah buat grup vocal, kami pun di suguhi bacang, pisang goreng dan teh manis. Setelah menikmati hidangan yang nikmat kami permisi pulang dan pamitan kepada mereka, kami benar-benar tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan orang baik seperti mereka, mungkin sekarang ini mereka lupa dengan kami, tapi kebaikan mereka tidak akan pernah hilang dari ingatan kami.

PERJALANAN PULANG II
Sampailah kami di kota Bogor, hari masih belum terlalu siang “kita mampir ke kebun raya bogor yuk”ajak ku kepada mereka, dan mereka juga setuju dengan usulanku, kami naik angkot jurusan kebun raya bogor dan tibalah kami di pintu masuk kebun raya bogor, kami membeli tiket dengan harga sembilan ribu rupiah per tiket, harga yang mahal untuk kami yang sedang kehabisan uang, beruntung doyok punya uang lebih dan kami di bantu sama doyok untuk membeli tiket, kami berkeliling-keliling sambil menikmati suasana di kebun raya bogor, dan bodohnya kami dari pertama masuk kami mencari jembatan gantung yang terkenal itu, tapi sampai selesai kami berkeliling tetap saja tidak menemukan jembatan itu, dan setelah mau pulang kami melihat Denah lokasi ternyata kami salah jalur. Haduuuhh...jadi belum kesampaian deh sampai sekarang. Kami juga menyempatkan diri masuk mall Bogor, dengan tampang kucel, baju lecek, day membawa carrier yang besar, dan kami juga memakai sandal gunung, hanya aku yang memakai sepatu, kami masuk ke bioskop tiba-tiba day dengan tampang anehnya langsung pasang carger Handphone di dalam bioskop, alhasil ada petugas mengampiri kami dan menegor kami. 

Mungkin kami orang yang paling aneh di dalam mall tersebut, aku dan mery memutuskan untuk keluar mall, “peh turun yuk” ajak mery kepada ku “ayuk mer” jawabku. Kami turun mengikuti eskalator mall, turun, turun, dan turun, tanpa sadar kami sampai lantai bestment haduuuhh..mungkin kami keenakan naik eskalator kali ya, dasar orang hutan kami ini. Setelah berkeliling-keliling di Kota Bogor tak terasa hari sudah sore dan kami memutuskan untuk pulang, kami naik angkot ke arah stasiun bogor dan naik kereta jurusan stasiun kota, sampai di sana jam empat sore dan kami menyempatkan untuk makan dulu, “mer cari toilet umum yuk, kebelet nih” ajak ku kepada mery, “yuk gw anter” jawab mery, kami muter-muter tanya sana-sini tetap tidak menemukan toilet umum, dan kami mencoba numpang di rumah orang berharap ada orang baik lagi yang mau menolong kami. “permisi..permisi...”kataku di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil juga. “iya ada apa ya” jawab ibu-ibu muda yang sepertinya keturunan cina. “apa saya boleh numpang ke toilet bu?”tanyaku kepada ibu tersebut, “yaelaaah...cari aja toilet umum di sana”jawab ibu tersebut seakan meremehkan aku. Aku tidak tau apakah perkataan ku ada yang salah atau tidak, tapi yang jelas orang baik seperti yang nolong kami tadi malam sangat langka di dunia ini, atau mungkin karena pengaruh peradapan metropolitan yang tidak lagi mengenal azas kekeluargaan, entahlah...Kemudian aku dan mery inisiatif cari kantor polisi, karena terlalu sulit mencari masjid di sini dan Cuma kantor polisi yang mau melayani masyarakat meskipun kadang nama polisi bisa sangat buruk di mata masyarakat oleh ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. 

Tepat pukul enam sore kami kembali ke stasiun untuk antri beli tiket, kali ini aku juga yang antri, ga tau kenapa aku suka antri beli tiket padahal petugas loketnya  ga ganteng-ganteng amat ko. “serang pak 3 tiket” kata ku kepada petugas loket, “yang serang jam enam ga ada mba, adanya Cuma sampai stasiun rangkas”jawab petugas loket. Dengan terpaksa dan tanpa kompromi sama yang lain aku langsung membeli tiket jurusan rangkas, tapi ternyata mereka tidak setuju kalau aku beli tiket jurusan rangkas karena dari rangkas menuju serang masih jauh dan membutuhkan lebih banyak uang. “yaudah di kembaliin aja tiketnya” kata day, “tapi kan udah di beli, kira-kira boleh ga?”jawab ku “coba aja paling juga di potong setengah harga” tegas doyok, “sini coba gw yang balikin tuh tiket” ujar mery mencoba untuk membantuku mengembalikan tiket yang sudah ku beli, dan akhirnya mery berhasil mengembalikan tiket tersebut walaupun dengan setengah harga. Kami pun pulang dengan menggunakan Trans Jakarta alias Busway, huuuuhh..ini kali pertama aku, mery, dan day naik Busway, maklum sampai sekarang belum ada tuh Trans Serang. Kami menikmati indahnya kota metropolitan di malam hari, berjalan mengikuti koridor busway sambil tertawa, bercanda dan entah apalagi yang ada di pikiran kami. Sampailah kami di suatu tempat yang aku sendiri lupa apa namanya, disinilah kami harus naik bus jurusan serang dan yang pasti kami juga harus berpisah dengan doyok, karena doyok tinggal di Jakarta. “terima kasih ya, dari kemarin dah banyak bantu kita” kata ku kepada doyok, “iya sama-sama, hati-hati ya di jalan” jawab doyok sambil mengucap kata perpisahan kepada kami.

Tidak ada suara atau canda di dalam bus, kami tertidur lelap dan kami memang kelelahan dan kurang tidur. Sampailah kami di Serang tercinta, dengan tampang masih kucel dan lecek kaya lap kaki yang abis ke injek delman kami turun dari bus dan menuju kost. Huaaah...sekarang waktunya istirahat untuk menyongsong hari esok, dan yang pasti tiga hari kemarin tak akan terulang lagi dan akan jadi kenangan yang sangat indah bagi kami berempat....!!!!!  



2 komentar: